Pada minggu ini tema yang dibahas adalah “3 Dosa Besar dalam Pendidikan: Intoleransi, Kekerasan Seksual, dan Perundungan”.
Intoleransi ternyata bukan hanya dialami oleh mereka yang berbeda suku atau agama. Intoleransi juga dialami oleh pemeluk agama yang sama. Aliran yang berbeda membuat beberapa orang menjadikan saudara seimannya bukan saudara. Dari hal tersebut sikap menghargai dan menghormati muncul sebagai solusi agar hidup mereka dapat terus berdampingan. Hal ini dilakukan agar perasaan semuanya tidak tersakiti. Sungguh miris mengingat mereka sebenarnya adalah saudara seiman.
Guru atau orang dewasa yang seharusnya memberikan pengertian yang baik dengan cara yang benar tentang perbedaan suku sampai agama, malah kadang menggunakan kalimat yang rancu dan mudah disalah artikan oleh siswa yang masih polos dan lugu yang kemudian menyakiti sesama temannya yang berbeda yang juga polos dan lugu. Sungguh kasihan mereka yang terhalang oleh kalimat rancu orang dewasa.
Selain intoleransi, kekerasan seksual juga termasuk salah satu dosa besar dalam dunia pendidikan. Kekerasan seksual di sekolah masih banyak terjadi. Mirisnya lagi, banyak siswa yang mengalaminya tidak sadar bahwa itu adalah kekerasan seksual. Hal ini sangat berbahaya bagi siswa yang masih dalam tahap pertumbuhan. Karena bisa jadi, dari ketidaktahuan ini muncul pemakluman terhadap tindakan-tindakan semacam itu dan lebih parahnya lagi adalah muncul penyimpangan seksual pada siswa.
Kurangnya pemahaman dan kesadaran tentang kekerasan seksual ini terjadi, salah satu faktornya adalah karena kurangnya pendidikan seksual di sekolah dan di rumah. Di rumah, pendidikan seksual masih dianggap tabu untuk dibahas. Beberapa orang tua kurang percaya diri membahasnya karena merasa belum paham dengan hal-hal seperti itu dan takut tidak dapat menjawab pertanyaan anak dengan baik dan benar. Jadi dari pada salah menjawab, para orang tua lebih memilih untuk menyerahkan pendidikan seksual sepenuhnya kepada sekolah (secara tidak langsung) dengan berharap anak-anak mereka diberikan bekal pengetahuan yang cukup tentang pendidikan seksual.
Namun faktanya, di sekolah pendidikan seksual belum diberikan dengan maksimal. Dan malah, banyak anak-anak (yang di harapkan para orang tua ini untuk mendapatkan pengetahuan yang cukup untuk bekal hidupnya) menjadi korban kekerasan seksual.
Bukan hanya di dunia pendidikan, kekerasan seksual ternyata juga menjadi “teman” kita sehari-hari. Tanpa disadari banyak orang di sekeliling kita mengalami kekerasan seksual. Banyak dari mereka korbannya adalah perempuan.
Perempuan dan kekerasan seksual memang masih sering berdampingan. Perempuan masih sering menjadi korban kekerasan seksual. Pakaian mini sudah lama dan sudah banyak dibahas tidak ada hubungannya dengan kekerasan seksual.
Dari cerita-cerita yang ada, para perempuan ini berpakaian dengan rapi dan sopan, bahkan memakai jilbab. Mereka juga tidak menunjukkan perilaku aneh yang mengundang. Mereka perempuan baik-baik dan hidup di lingkungan yang baik. Mereka memang ditakdirkan saja bertemu dengan laki-laki yang jahat pikirannya. Dan salah satu dari pelaku ini juga ternyata dikenal sebagai orang yang taat beragama. Sungguh tidak terduga.
Ternyata image “orang yang taat beragama” tidak menjamin orang tersebut benar-benar paham apa yang seharusnya orang beragama lakukan.
Dosa besar yang terakhir adalah perundungan. Perundungan sering sekali dialami oleh siswa yang dianggap “berbeda”. Berbeda sukunya, berbeda agamanya, berbeda fisiknya, berbeda logatnya, berbeda cara jalannya, dan banyak perbedaan lainnya yang menjadi penyebab seorang siswa dirundung di sekolah.
Siswa yang masih kecil dan belum paham bahwa hal tersebut tidak baik, terus melakukannya karena pola yang sama terus dilakukan oleh orang-orang terdahulunya. Siswa yang pendiam dianggap sangat “bully-able” dan selalu menjadi target yang empuk. Baik dahulu maupun sekarang, siswa yang pendiam selalu menjadi sasaran mereka para siswa lain yang menganggap dirinya lebih. Belum lagi jika ada satu siswa yang memiliki suku yang berbeda. Dia sangat mencolok dan sering dirundung. Tak mampu melawan karena sendirian.
Teman yang tidak mem-bully biasanya juga tidak membantu korban karena takut menjadi target baru perundungan. Pola ini terus terjadi dan seolah menjadi tradisi.
Intoleransi, kekerasan seksual, dan perundungan masih menjadi dosa besar dalam dunia pendidikan, yang seharusnya guru dan orang dewasa menjadi pelindung siswa yang masih kecil, lugu, dan polos yang belum sepenuhnya paham dengan pengertian-pengertian yang diberikan kepada mereka.
113 total views, 1 views today